Hujan yang datang sekarang bukan hujan yang sama ,bukan hujan yang selalu disambut dengan tarian anak-anak kecil yang berlarian sambil menengadahkan kepala yang dimatanya terpancar kebahagiaan , hujan yang turun diiringi dengan do’a-doa syukur penghuni bumi untuk penciptanya.
Hujan ini datang dengan menanggung tuduhan sebagai ciptaan yang tak jelas musim, dibandingkan dengan matahari yang membawa kemarau,tapi begitu jelas aroma kehadiranya.
Hujan ini menjadi pintu untuk penderitaan ,ketika air yang dipersembahkannya membanjiri ,menjadi pencuri segala kesenangan menyisakan lumpur kesusahan .
Hujan ini semakin menyendiri,tidak berkawan dengan pohon rindang yang akarnya memeluk bumi agar tidak longsor dan hanyut terbawa.
Hujan ini semakin liar, keluar dari saluran dan sungai ,tunggangan ke samudra.
Hujan ini lemah karena harus berhadapan dengan tanah yang menjadi beton berakar besi,dihadang anak-anak yang ditanganya mengenggam parang dan gergaji membabat hutan, Hujan ini semakin lelah karena mantra - mantra pawang yang menariknya untuk pindah.
Hujan ini datang beserta ribuan tanya disekitarnya, sungguh bukan hujan yang diharapkan.
No comments:
Post a Comment